Pengertian dan Contoh Penerapan Deep Learning

Photo of author

By Putu Atmaka

Pengertian dan Contoh Penerapan Deep Learning

INFOASN.ID – Pengertian dan Contoh Penerapan Deep Learning

Sobat Pendidikan, Pendekatan pembelajaran deep learning dalam konteks pendidikan merujuk pada metode pengajaran yang berfokus pada pemahaman mendalam dan keterampilan berpikir kritis Alih-alih hanya menghafal informasi.

Tujuannya adalah agar siswa dapat memahami konsep secara lebih mendalam dan dapat menerapkannya dalam berbagai situasi.

Pendekatan deep learning dalam konteks pendidikan sebenarnya bisa menjadi bagian dari kurikulum sekaligus pendekatan pembelajaran.

Sebagai Pendekatan PembelajaranDeep learning adalah metode atau strategi pembelajaran yang mendorong siswa untuk mengembangkan pemahaman mendalam terhadap materi. Pendekatan ini digunakan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis, analisis mendalam, dan kemampuan pemecahan masalah. Guru yang menerapkan deep learning dalam pembelajaran sehari-hari akan menggunakan strategi seperti studi kasus, diskusi mendalam, dan penerapan konsep dalam konteks nyata.

Sebagai Komponen KurikulumDeep learning juga bisa dijadikan bagian dari kurikulum jika kurikulum tersebut secara eksplisit memasukkan tujuan-tujuan pembelajaran yang memfokuskan pada pemahaman mendalam, bukan sekadar penguasaan keterampilan dasar atau hafalan. Dalam hal ini, kurikulum dirancang untuk menciptakan pengalaman belajar yang menumbuhkan pemahaman konseptual, keterampilan berpikir kritis, dan aplikasi praktis pengetahuan.

Deep Learning yang sering disebut sebagai model pembelajaran, akhir-akhir ini menjadi terkenal setelah Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti mengungkapkan,

Akan menerapkan Deep Learning dalam proses pembelajaran di pendidikan dasar dan menengah. Gagasan ini mengundang perhatian banyak pihak, karena disebut-disebut akan menggantikan kurikulum Merdeka.

Apa Pengertian Deep Learning? Berikut ini pengertian Deep Learning menurut beberapa ahli pendidikan

  1. Fullan, Langworthy, dan Barber (2014).
    Dalam karya mereka tentang transformasi pendidikan, Deep Learning didefinisikan sebagai: “Deep Learning in education is the process of acquiring knowledge in a way that students can apply critical thinking, creativity, and problem-solving skills to real-world challenges.” (Deep Learning dalam pendidikan adalah proses memperoleh pengetahuan di mana siswa dapat menerapkan pemikiran kritis, kreativitas, dan keterampilan pemecahan masalah pada tantangan dunia nyata.
  2. Marton dan Säljö (1976).
    Peneliti pendidikan ini memperkenalkan konsep Deep Learning sebagai: “An approach where students seek to understand meaning and engage in learning at a conceptual level rather than rote memorization.” (Pendekatan di mana siswa berupaya memahami makna dan belajar pada tingkat konseptual daripada sekadar menghafal.
  3. Barbara Oakley (2014)
    Dalam bukunya A Mind for Numbers, Oakley mendeskripsikan: “Deep Learning involves the ability to form strong mental models of concepts through deliberate practice, spaced repetition, and connections between ideas.” (Deep Learning melibatkan kemampuan membentuk model mental yang kuat melalui latihan yang disengaja, pengulangan berkala, dan hubungan antar gagasan.
  4. Hattie dan Donoghue (2016),
    mendefinisikan Deep Learning sebagai:“The process where learners develop a deep understanding of content, which enables them to transfer knowledge to new contexts and adapt it creatively.”(Proses di mana peserta didik mengembangkan pemahaman mendalam terhadap konten, yang memungkinkan mereka mentransfer pengetahuan ke konteks baru dan mengadaptasinya secara kreatif.
  5. Bransford, Brown, dan Cocking (2000)
    dalam karya How People Learn, mereka menjelaskan:“Deep Learning is the process of connecting new knowledge to prior understanding and applying this knowledge in meaningful ways to solve problems.”(Deep Learning adalah proses menghubungkan pengetahuan baru dengan pemahaman sebelumnya dan menerapkan pengetahuan ini secara bermakna untuk memecahkan masalah.)

Pengertian di atas menekankan bagaimana Deep Learning dalam pendidikan tidak hanya berfokus pada pemahaman materi secara mendalam, tetapi juga bagaimana siswa dapat mengaitkan, menerapkan, dan mengembangkan pengetahuan mereka untuk menghadapi tantangan dunia nyata.

Abdul Mu’ti menjelaskan bahwa pendekatan ini bertujuan untuk membuat siswa lebih terlibat dalam proses belajar, bukan hanya sekadar menghafal informasi.

Dalam Deep Learning, siswa diminta untuk menghubungkan pelajaran dengan kehidupan nyata dan berpikir lebih kritis mengenai materi yang diajarkan.

Penerapan Deep Learning

Akan menggantikan Kurikulum Merdeka? Mendikdasmen menegaskan bahwa Deep Learning bukanlah kurikulum baru.Itu lebih merupakan pendekatan belajar yang dapat diterapkan dalam berbagai kurikulum yang ada.

Jadi, meskipun konsep Deep Learning menarik dan berpotensi meningkatkan kualitas pembelajaran, saat ini Kurikulum Merdeka Belajar masih akan tetap berlaku.

Kemendikdasmen saat ini masih melakukan kajian mendalam mengenai  pengembangan kurikulum pendidikan di Indonesia dan belum ada keputusan pasti untuk mengganti kurikulum yang ada.

Namun, Abdul Mu’ti menambahkan bahwa Kementerian Pendidikan akan terus mengkaji pembelajaran, materi, dan bobot kurikulum untuk memastikan bahwa beban pembelajaran tidak terlalu berat bagi siswa dan guru.

Salah satu fokusnya adalah untuk menciptakan pendekatan yang lebih efektif dan menyenangkan tanpa mengurangi kualitas pendidikan.

Pendapat Mendiknas tentu sejalan dengan pendapat para ahli lain. Misalnya Prof. Dr. H. Suryana, M.Si yang mengelompok Deep Learning dalam model pembelajaran.

Menurutnya ada 5 (lima) model pembelajaran inovatif meliputi Model Surface Learning, Model Deep Learning, Model Kooperatif Learning, Model Pembelajaran Collaboraitf learning, dan Model Pembejaran Inquiry Learning,

Secara umum Deep Learning memiliki sejumlah manfaat yang sangat signifikan bagi siswa, di antaranya:

  1. Pengembangan Kritis: Siswa didorong untuk berpikir kritis dan mengeksplorasi materi secara lebih mendalam.
  2. Penerapan Pengetahuan: Siswa dapat menghubungkan pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari dan situasi dunia nyata.
  3. Keterlibatan Aktif: Pendekatan ini mengharuskan siswa terlibat aktif dalam pembelajaran, bukan hanya pasif menerima informasi.
  4. Peningkatan Keterampilan Kolaborasi: Deep Learning juga mendorong siswa untuk bekerja sama dalam proyek, mengembangkan keterampilan komunikasi, dan kolaborasi yang efektif.

Guru juga memainkan peran penting dalam pendekatan ini. Mereka tidak hanya mentransfer ilmu, tetapi juga mengajak siswa untuk berpartisipasi aktif, memberikan umpan balik yang positif, dan menghargai usaha siswa tanpa terlalu fokus pada kesalahan.

Hal ini menciptakan lingkungan pembelajaran yang lebih mendukung dan adil.

Demikian informasi “Pengertian dan Contoh Penerapan Deep Learning”.

Terima kasih sudah berkunjung, apabila artikel “Pengertian dan Contoh Penerapan Deep Learning” ini bermanfaat, silahkan Klik LIKE dan SHARE kepada teman-teman yang lain.

Tinggalkan komentar